2 Korintus 8:7,
“Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, -- dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami – demikian juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.”
Apakah mempunyai banyak uang merupakan kunci untuk segalanya? Apakah uang menyebabkan kebahagiaan? Apakah uang memberi Anda jalan keluar dari masalah-masalah dalam hidup ini? Kapan Anda akan berhenti membeli, mengumpulkan, meraup, dan mengambil keuntungan? Kekayaan kita tidak berasal dari apa yang kita akumulasikan dalam hidup, tetapi dari apa yang kita berikan dalam hidup ini.
Beberapa orang terkaya di dunia pada tahun 1923 berkumpul di Edgewater Beach Hotel di Chicago. Kelompok yang terdiri dari tujuh orang memiliki kekayaan yang nilainya melebihi seluruh harta negara Amerika pada zaman mereka. Inilah orang-orang yang besar di bidang keuangan dengan catatan sukses karena telah mencapai kekayaan yang luar biasa.
Tetapi, cerita ini belum selesai. Dalam 25 tahun, presiden perusahaan baja terbesar meninggal dunia tanpa uang sepeser pun. Seorang jutawan yang menjadi spekulator gandum juga jatuh miskin. Yang lain, yang adalah presiden New York Exchange, menghabiskan tahun-tahun di penjara. Yang lain lagi dari kelompok tujuh orang kaya itu, adalah anggota kabinet kepresidenan, dan ia masuk penjara, tetapi diampuni sehingga ia bisa meninggal dunia di rumah dan bukannya di penjara. Yang kelima dari ketujuh orang itu, ia bunuh diri. Yang keenam, yang pernah mengepalai salah satu perusahaan terbesar di dunia, juga bunuh diri. Yang ketujuh, dan yang terakhir dari manusia terkaya di dunia, juga mengakhiri hidupnya sendiri.
Kisah Para Rasul 20:35,
“… harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.”
Lukas 6:38,
“Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
“Ketika tiba saatnya untuk memberi sampai menyakitkan, kebanyakan orang mempunyai ambang batas yang rendah untuk sakit.” – Anonim.
Bunda Teresa adalah perempuan yang mengasihi Allah, ia tidak pernah berhenti memberikan dirinya. Ia berkata, “Jangan khawatir soal jumlah. Tolonglah satu orang pada satu waktu, dan selalu mulailah dengan orang yang paling dekat denganmu.”
Kemurahan Hati
Pemberi yang sejati tidak dimotivasi oleh kompetisi; mereka dimotivasi oleh kemurahan hati. Apakah kemurahan hati itu? Dalam 2 Korintus 8-9, kemurahan hati mengacu pada kemurahan ilahi yang ditunjukkan dalam sikap suka memberi. Itulah kuasa ilahi yang membuat kita mampu berpartisipasi sungguh-sungguh dalam memberi. Tindakan yang dilakukan karena kebaikan hati sebagaimana digunakan dalam kutipan berikut ini berarti suatu tindakan memberi. Kemurahan hati mendatangkan kesenangan dan sukacita. Kemurahan hati adalah orang yang membuat orang siap, cepat, rela dan tidak menunda-nunda dalam memberi dengan bebas. Kemurahan hati mengangkat martabat dan mengangkat orang dalam perbuatan baiknya. Ia menghormati dan menjadi berkat dan menyediakan segala yang dibutuhkan. Kemurahan hati adalah pemrakarsa untuk memberi. Hukum dari Alkitab, perangkat peraturan, ataupun rasa bersalah atau persaingan, itu semua tidak ada yang membuat Anda memberi. Kemurahan hatilah yang menciptakan keinginan untuk memberi, kemurahan hatilah yang membuat kita sanggup memberi dan kemurahan hatilah yang menyebabkan Anda memasuki dunia iman. 2 Korintus 8:6-7 berkata bahwa memberi adalah sesuatu yang harus kita lakukan dengan luar biasa baik dan berlimpah, tetapi harus dimotivasi oleh kemurahan hati.
“Jangan pernah mengukur kebaikan hati dengan apa yang engkau berikan, melainkan dengan apa yang telah engkau tinggalkan” – Fulton Sheen.
Sumber : Disadur dari: Buku Biblical Principles for Becoming Debt Free! (Frank Damazio&Rich; Brott)